Promosi Doktor

Disertasi berjudul;Islam dalam Ritual Nelayan Mandar (Studi di Pambusuang Polman Sulawesi Barat)” dalam ujian doktor program parcasarjana di Convention Hall, kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ruang Kerja

Dr. Arifuddin Ismail, Sedang memeriksa laporan kegiatan

Keluarga Besar

Foto Keluarga Besar Balai Litbang Agama Semarang

Ucapan Selamat

Selamat dan Sukses atas di raihnya gelar doktor dari Balai Litbang Agama Semarang, Balai Litbang Agama Makasar, Kelurga Dr. Abdul Kadir Massoweang, M.Ag dan Keluarga Juhroh, S.Sos. M.AP

Pengurus Koperasi

Pelantikan Pengurus Koperasi Bangun Sejahtera Balai Litbang Agama Semarang

Selasa, 17 Februari 2015

THE RELIGIOUS THOUGHTS AND MOVEMENTS STUDENTS (Tracking The Spreading of Islamic Radicalism in Campus)

THE RELIGIOUS THOUGHTS AND MOVEMENTS STUDENTS
Tracking The Spreading of Islamic Radicalism in Campus

PEMIKIRAN DAN GERAKAN KEAGAMAAN MAHASISWA*
Menelusuri Merebaknya Radikalisme Islam di Kampus
Arifuddin Ismail

Peneliti Balai Litbang Agama Semarang
arif_litbang@yahoo.com

ABSTRACT
This research is aimed to know the activity programs that  are related by forming the religious thought of students in UGM. The research used mixed methods; incorporation of quantitative and qualitative methods. The result of this research is to show that religious activity programs has already formed based on formal rule; that poured into a lecture with 2 credits (SKS). In spite of this, UGM gives reinforcement load through assistance program as a suplement to the students. The implementation of this study seems obviously various kind of thoughts, such as radical, moderate, some even tend to pluralist. These differences evidently are related to how the students react when attending the assistance program and ending with quran recitation as a routin activity on campus. And there is also obtained throught the outside campus activity (following extra-curricular organization). These variants also show there is a dinamics of diversity, while creating a potential conflict of previously undetected by university.  This reality can be an afterthought to design a formulation of religious learning, that is more conducive to build scientific and scholarly atmosphere more democratic.
Keywords: thought, movement, religious, plurality, moderate, and radicalism

ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud mengetahui program kegiatan yang terkait dengan pembentukan pemikiran keagamaan mahasiswa di UGM. Penelitian ini menggunakan mixed methods, yaitu penggabungan metode kualitatif dengan kuantitatif. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa program kegiatan keagamaan mahasiswa UGM sudah dirancang sesuai dengan aturan formal yaitu menuangkan ke dalam perkuliahan dengan 2 SKS, di samping itu diberi muatan penguatan melalui program asistensi sebagai suplemen. Implementasi pembelajaran keagamaan itu tampak bervariasi, ada yang radikal, moderat bahkan cenderung pluralis. Varian itu rupanya terkait dengan sentuhan ketika mengikuti program aistensi yang dilanjutkan dengan pengajian rutinitas kampus, dan ada juga yang diperoleh melalui aktivitas mengikuti organisasi ekstra universiter. Varian itu menunjukkan adanya dinamika keberagamaan sekaligus menciptakan potensi konflik yang sebelumnya tidak terdeteksi bahkan tidak terprediksi oleh pihak penyelenggara universitas. Realitas ini  menjadi renungan untuk merancang formulasi pembelajaran keagamaan yang lebih kondusif guna membangun suasana keilmuan dan keilmiahan yang lebih demokratis.
Kata kunci: pemikiran, gerakan, keagamaan, pluralitas, moderat dan radikal.
_________________________
 *Tulisan ini adalah Pengembangan dari hasil Penelitian Pemikiran dan Gerakan Keagamaan Mahasiswa di Universitas Gajah Mada. Disajikan pada seminar Hasil Penelitian Balai Litbang Agama Semarang, tgl 25 Mei 2012 
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perkembangan pemikiran keagamaan  terus berjalan dan  merambah ke dunia kampus, terutama kalangan mahasiswa. Beberapa Perguruan Tinggi (Universitas dan Institut) di Indonesia, semakin marak dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang sangat dinamis dan berkembang. Kegiatan keagamaan tersebut ada yang dikondisikan oleh kampus, tetapi masih lebih banyak yang dikondisikan dari luar kampus. Beberapa kelompok keagamaan dari luar kampus yang merambah masuk ke kampus, menyebarkan sayapnya seperti yang dilakukan oleh  Hizbut Tahrir (HT), Jamaah Tabligh (JT), Tarbiyah, Salafiyah, Wahdah Islamiyah dan lain-lain. Kelompok keagamaan ini melakukan pembinaan di kalangan mahasiswa, sebagaimana temuan  para peneliti Balitbang Departemen Agama.[1] Bahkan jauh sebelum kelompok-kelompok keagamaan tersebut melebarkan sayapnya di kampus, organisasi ekstra universiter seperti HMI, PMII dan IMM sudah duluan berkiprah di kampus melakukan pembinaan dan pengembangan SDM mahasiswa.  
Salah satu cara penyebaran pemikiran dan gerakan keagamaan yang dilakukan kelompok salafi di kalangan mahasiswa di berbagai kampus adalah dengan melakukan kegiatan keagamaan di masjid atau mushallah kampus dalam bentuk halaqah dan daurah. Mereka  mengusung simbol-simbol tertentu dalam komunitas tersebut yang nampak sebagai (seolah-olah) identitas Islam, yaitu memelihara jenggot, bercelana cingkrang, berjilbab besar, bahkan menggunakan penutup muka (cadar). Usungan Identitas tersebut dianggap sebagai  kebangkitan Islam.[2] Mereka menjadikan ekspresi kebudayaan dalam bentuk simbol keagamaan untuk menegaskan identitas kelompoknya.[3] Aktifitas keagamaan yang diikuti dengan memakai simbol-simbol tersebut dapat diamati di berbagai masjid atau mushallah di beberapa kampus di berbagai daerah. Kebanyakan dari aktivis tersebut sering memanfaatkan waktunya untuk membahas materi keagamaan. Namun dalam waktu tertentu mereka juga membahas tentang materi lainnya yang terkait dengan perkuliahan mereka.
Berangkat dari latar belakang tersebut kiranya penting untuk dilakukan penelitian mengenai varian pemikiran keagamaan dan gerakan keagamaan mahasiswa di Universitas Gajah Mada sebagai Universitas negeri (PTU) yang tidak berafiliasi      ke Kementerian Agama.
Rumusan Masalah  
Berangkat dari latar belakang di atas, maka diasumsikan bahwa dengan adanya varian pemikiran keagamaan, sedikit banyaknya berpengaruh terhadap gerakan keagamaan mahasiswa. Dari sini dirumuskan masalah penelitian, yaitu:  “Bagaimana pemikiran dan gerakan keagamaan mahasiswa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ?”
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan gambaran tentang peta pemikiran keagamaan mahasiswa dan signifikansi pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini akan menambah bahan kajian terhadap corak pemikiran dan gerakan keagamaan mahasiswa di era pasca Reformasi. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini memiliki nilai penting bagi pihak Universitas Gajah Mada, demikian pula pemerintah, terutama Kementerian Agama RI., cq. Dirjen Pendidikan Tinggi Islam, untuk dijadikan sebagai bahan penyusunan kebijakan terkait dengan pembinaan kehidupan beragama bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Kerangka Teoritik
Pemikiran Keagamaan
Istilah pemikiran mengacu pada seperangkat gagasan atau ide-ide dasar yang diyakini kebenarannya. Pemikiran selalu bersentuhan dengan dimensi di sekitarnya, latar belakang dan status sosial yang berbeda, baik menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan keagamaan yang dianutnya. Perbedaan latar belakang inilah yang memungkinkan keaneka-ragaman pemikiran yang berbeda-beda.[4]
Dalam Islam, perbedaan pemikiran disebabkan oleh sudut pandang dalam memahami ajaran atau konsep-konsep agama, sehingga muncul pemikiran yang liberal dan corak pemikiran yang literal. Hal ini sebagaimana pandangan Leonard Binder yang membagi dua corak pemikiran Islam berdasarkan atas penafsiran atas doktrin Islam, baik terhadap Al-Qur’an maupun Al-Hadits, yakni tradisionalis atau konservatif di satu sisi dan liberal di sudut seberangnya.5 Menurut Binder, Al-Qur’an tidak bisa dipahami secara verbal-tekstual atau leterlijk, tetapi ia membutuhkan penerjemahan dan penafsiran sesuai dengan kondisi zamannya.6
Gerakan Keagamaan
Gerakan keagamaan (religious movement) merupakan bagian dari gerakan sosial secara umum. Gerakan sosial (social movement) lazim dikonsepsikan sebagai aktifitas kolektif yang dilakukan oleh sekelompok (orang) tertentu untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan cita-cita kelompok tersebut. Dalam hal ini, gerakan keagamaan (religious movement) dimaksudkan sebagai gerakan sosial yang berkaitan dengan isu-isu spiritual atau hal-hal yang ghaib (supranatural), yang menentang atau mengusulkan alternatif terhadap beberapa aspek dari agama atau tatanan kultural yang dominan. Terkait dengan hal ini, Lister R. Kurtz,7 menjelaskan tiga tipologi gerakan keagamaan, yakni : 1. Endogenous religious movement, gerakan keagamaan yang menyangkut perubahan sistem kepercayaan; 2. Exogenous religious movement, gerakan keagamaan yang bersifat eksternal, biasanya merupakan bentuk reaksi organisasi keagamaan terhadap lingkungan sekitarnya; 3. Generative religious movement, gerakan keagamaan yang ditandai dengan kesengajaan untuk melahirkan agama baru yang diperkenalkan sebagai bagian dari tradisi agama atau tradisi lokal.
Kerangka Berpikir
Pemikiran keagamaan dalam Islam bersifat kontekstual atau liberal dan adakalanya bersifat tekstual atau literal, tergantung kepada sudut pandang pemahaman terhadap ajaran agama atau teks kitab suci. Kedua tipe ini memberikan warna terhadap corak pemikiran keagamaan, demikian halnya yang ada di kampus. Pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan dimungkinkan ada pengaruh dari aspek lain, seperti motivasi keagamaan yang dimiliki oleh seseorang atau adanya intensitas komunikasi dari jaringan-jaringan keagamaan.
Aspek-aspek yang terkait dalam dimensi ruang dan waktu yang kemudian diperkuat oleh dukungan kondisi internal dan eksternal mahasiswa sangat menentukan perkembangan pikiran dan gerakan keagamaannya. Itulah sebabnya sentuhan pembelajaran baik dari yang diprogramkan universitas maupun yang terkondisikan secara informal dari kelompok-kelompok keagamaan dan organisasi esktra universiter menjadi sesuatu yang menentukan.
Gambaran dari situ tertuang di dalam pernyataan-pernyataan, baik melalui wawancara bebas, focus group discussion (FGD), observasi maupun dengan uji statistik, khususnya dalam menghubungkan antar variabel yang diteliti. Khusus untuk hubungan antar unsur-unsur/variabel memungkinkan peneliti memastikan sejauh mana perbedaan di salah satu variabel ada hubungannya dengan perbedaan dalam variabel yang lain. Besarnya hubungan antar variabel itu ditetapkan melalui koefisien korelasi. Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu: variabel dependen, yakni gerakan keagamaan, variabel independen, yakni pemikiran keagamaan, dan variabel mediasi, yakni jaringan komunikasi dan motivasi keagamaan mahasiswa. Secara paradigmatik, hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digambarkan sebagai berikut:
struktur hubungan.jpg














Gambar 1. Pengaruh Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan melalui Jaringan Komunikasi dan Motivasi Keagamaan.








Hipotesis  
Dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1.      Pemikiran keagamaan berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan,
2.      Jaringan komunikasi berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan,
3.      Pemikiran keagamaan berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan melalui jaringan komunikasi keagamaan, dan juga
4.      Pemikiran keagamaan dan jaringan komunikasi secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan kalender kegiatan penelitian ini dilangsungkan selama 6 bulan  mulai Januari sampai Juni 2012 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Waktu yang tersedia itu dimanfaatkan sebagian untuk persiapan penelitian,  mencari data sekunder melalui pembacaan literatur, sebagian untuk pengumpulan data lapangan selama 37 hari yang dibagi ke dalam 3 (tiga) tahap: pertama, studi awal selama 7 hari, kedua¸pengumpulan data tahap 1 (pulahta satu) 20 hari, ketiga, pengumpulan data tahap 2 (pulahta dua) selama 10 hari. Namun hingga pertengahan Mei 2012 masih dilakukan pengumpulan data via telepon, terutama perkembangan terakhir tentang kasus penolakan Irsyad Manji.     
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan mixed method8 atau menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan mengembangkan wawancara mendalam, pengamatan langsung, dibantu dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang mengacu pada unsur-unsur atau variabel penelitian yang ada. Sedang pendekatan kuantitatif menggali fakta-fakta dengan menggunakan angket yang berisi sejumlah pernyataan yang merefleksikan pengaruh pemikiran keagamaan, jaringan komunikasi dan motivasi keagamaan mahasiswa terhadap gerakan keagamaan. Penelitian ini menempatkan pemikiran keagamaan sebagai variabel bebas, gerakan keagamaan sebagai variabel tergantung, jaringan komunikasi dan motivasi mahasiswa sebagai variabel mediator (intervening). Metode analisis yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang dikumpuldata kualitatif diolah dan dianalisis secara deskriptif; sedang data yang sifatnya kuantitatif dilakukan sesuai prosedur statistik, ditabulasi, kemudian dianalisis secara deskriptif persentase, penghitungan mean dan uji korelasional.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.      Program Keagamaan di UGM
Universitas Gajah Mada telah mencanangkan program pendidikan dan pembelajaran agama, sebagaimana perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Secara formal pendidikan dan pengajaran agama di Universitas Gajah Mada dimasukkan ke dalam program tersendiri. Program pembelajaran Matapelajaran Agama dibagi 2, yaitu: 1) agama 1 (satu), di diajarkan materi standar, sebagaimana yang diterbitkan Kementerian Agama (Islam Disiplin Ilmu); 2) materi Islam Kontekstual, awalnya dikordinir langsung oleh universitas, tetapi kemudian sekarang diberikan ke fakultas masing-masing untuk menyesuaikan dengan disiplin ilmu di fakultas. Jadi materinya dirumuskan di fakultas dengan melakukan penyesuaian- penyesuaian dengan mata kuliah inti di fakultas. Misalnya kalau terkait dengan persoalan pertanian tentu dicarikan penyesuaian dengan persoalan pertanian yang ada di dalam Islam.
  Mata Pelajaran Agama secara formal hanya 2 SKS, tetapi pihak Universitas punya kepedulian terhadap mahasiswa. Oleh karena itu dibuatkan program Asistensi Agama Islam (AAI) sebagai program Suplemen untuk membantu mengenalkan Islam kepada mahasiswa walaupun baru dasar-dasarnya, termasuk pembimbingan membaca al-Quran. Apalagi latar belakang pendidikan yang masuk di UGM kebanyakan bukan dari sekolah agama atau pesantren, tetapi dari sekolah umum.
Selain program pembelajaran keagamaan yang secara formal diberlakukan di UGM, ada beberapa kegiatan lain yang bersifat ekstra, seperti kegiatan “ngaji” dan “zikir” bersama, diperuntukkan bagi seluruh civitas akademika di lingkungan universitas dibawah kordinasi “Majelis Dzikir dan Do’a.” Program tersebut dimaksudkan menjadi penyejuk hati, dan mendinginkan pikiran bagi para civitas akademika.  Program ini dianggap sangat membantu, dari sisi manfaat dan  syiarnya.
Program yang dikondisikan dari universitas baik yang secara formal atau secara resmi masuk dalam pembiayaan universitas maupun yang tidak (biaya sendiri atau inisiatif pengurus), tampak semuanya bisa berjalan. Hanya pihak universitas tidak bisa mengetahui persis pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan itu, baik yang dilakukan secara rutin yang masuk dalam program asistensi (AAI) melalui pengajian-pengajian kecil apalagi muatan atau materi dari kegiatan tersebut.
2.      Sentuhan Keagamaan Secara Informal: Kiprah Yayasan Shalahuddin, Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Universiter dan Kekompok Salafi dalam .

 Kehadiran Yayasan Shalahuddin di UGM merupakan anugerah tersendiri, karena mampu menggairahkan dinamika keberagamaan di kampus melalui kegiatan-kegiatannya, khususnya dalam pemajuan kesadaran keber-Islam-an. Yayasan Shalahuddin otonom dalam melaksanakan program-programnya, tetapi juga ada rambu-rambu khusus yang sudah digariskan oleh Universitas agar bisa sinergis dengan program-program UGM sendiri. Program kegiatan kegiatan sudah dirancang perdua bulan, baik yang sifatnya ibadah maupun yang terkait dengan program-program pembinaan umat lainnya. Khusus untuk pengajian yang bertujuan pengayaan dan pendalaman materi keilmuan, ditangani secara khusus. Misalnya untuk pengajian Tafsir Al-Qur’an, dan Hadits Yayasan Shalahuddin selalu mengundang ustadz alumni dari Madinah berinisial MR. Tetapi  tema-tema yang terkait dengan isu kontemporer dan tematik, ustadz nya sering berganti-ganti. Walaupun telah berjalan sebagaimana rencana, namun sampai saat ini pengelola Yayasan Shalahuddin merasa belum begitu optimal, tetapi selalu mengupayakan untuk melakukan yang terbaik dalam memajukan program-program keagamaan di UGM.
Selain itu itu, juga ada kajian yang diorganisir oleh kelompok-kelompok salafi seperti HTI, Salafi, Wahdah, KAMMI, Tarbiyah dan sebagainya. Kelompok-kelompok ini juga melakukan pengajian di masjid kampus, tetapi terkesan diam-diam dengan tidak memberitahukan ke pengurus yayasan Shalahuddin. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dimaksudkan sebagai media pendalaman ajaran Islam. Kelompok-kelompok kajian ini tidak memiliki jadwal tetap, namun secara temporer meraka lakukan berdasarkan waktu luang dan kesepakatan masing-masing peserta diskusi.
Organisasi kemahasiswaan Ekstra Universiter, seperti HMI, PMII, IMM dan semacamnya juga sering melakukan kegiatan pengajian dan diskusi di luar jama’ah Shalahuddin. Tempatnya berpindah-pindah dari fakultas ke fakultas.  Misalnya diskusi yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) di lingkungan UGM, tepatnya di masjid Ibnu Sina Fakultas Kedokteran, pada hari Minggu, 6 Mei 2012 yang lalu, adalah Khotmil Qur’an dan kajian kitab Bidayatul Hidayah, yang dibawakan oleh ustadz Mustafid (pimpinan pesantren Mlangi, Yogyakarta). Kegiatan ini dimulai sejak pukul 09.00-12.00 WIB. Peserta yang hadir, selain mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam PMII, juga ada mahasiswa-mahasiswa lain yang tertarik dengan kajian ini. Bahkan, karena PMII adalah organisasi yang lintas kampus, kajian ini juga dihadiri oleh beberapa orang mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Perkembangan kegiatan ini adalah sesuatu yang positif karena secara intens mahasiswa belajar dan berdiskusi tentang agama Islam. Tidak seperti program AAI yang biasanya hanya dilakukan di semester satu dan dua, dan tidak berkelanjutan. Padahal kalau kita melihat mamfaatnya mestinya pembelajaran agama Islam ini bisa lebih intensif lagi dan berkelanjutan, agar pemahaman Islam mahasiswa bisa lebih baik dan lebih mantap lagi.
3.      Cuplikan Pemikiran Keagamaan Mahasiswa
Dalam beberapa hal terkait dengan ke-Islaman, mahasiswa memiliki pemikiran tersendiri, misalnya: kepemimpinan yang bukan khilafah, seperti negara kita saat ini yang menganut sistem negara barat yang kafir ini pasti tidak akan pernah diridhai oleh Allah SWT. Makanya negara kita sampai saat ini tidak maju-maju, baik peradaban maupun kesejahteraannya.
Ketika membincang tentang tema Islam saat ini/kekinian di Indonesia, sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban, bahwa Islam sebagai agama yang paling banyak dianut oleh manusia Indonesia saat ini, hanya dimaknai sebagai agama ritual dan keturunan. Orang Indonesia ber-Islam itu karena mereka lahir  dari orang tua dan masyarakat yang beragama Islam. Tetapi pada dasarnya mereka tidak memahami bagaimana hakikat ber-Islam yang sesungguhnya (baca: Islam Kaaffah). Islam juga hanya dimaknai sebagai sekumpulan kewajiban dalam  bentuk ritual yang harus ditunaikan, tanpa mengerti lebih jauh kenapa kita harus melakukan ritual-ritual seperti shalat, puasa, zakat maupun haji tersebut. Dasar-dasar Islam yang kaaffah belum dilaksanakan oleh umat Islam di Indonesia. Ini tentu saja menjadi tugas bagi semua komponen aktivis dakwah kampus untuk menyadarkan umat Islam, agar tidak terjebak pada pemahaman-pemahaman Islam yang dangkal seperti ini.
Mereka juga berpendapat, bahwa Islam yang dipraktekkan di Indonesia masih sangat kental unsur budaya dan tradisinya atau mereka sebut sebagai akulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini harus diwaspadai, karena bisa menjerumuskan umat Islam kepada kemusyrikan, yang bisa diganjar sebagai dosa besar oleh Allah SWT. Islam harus ditafsir dan dipraktekkan sesuai dengan apa yang terjadi di Makkah dan Madinah dahulu di zaman Rasulullah SAW, agar pemahaman Islam kita tidak melenceng dari apa yang digariskan oleh-Nya. 
Namun, bagi kelompok mahasiswa Islam yang lain seperti PMII dan Gusdurian, berpandangan bahwa malah menjadi tugas kita untuk menafsirkan Islam agar sesuai dengan tradisi dan kebudayaan kita di Indonesia. Karena kita memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan di mana Islam itu lahir. Sehingga, bagi kelompok mahasiswa yang tergabung di PMII dan Gusdurian ini misalnya, mereka sering mengkampanyekan jargon-jargon Islam Indonesia atau Islam Nusantara, yang dibedakan dan dikontraskan dengan Islam Arab atau Islam Wahabi. Dalam hal ini mereka sering mengutip gagasan Gus Dur tentang Pribumisasi Islam. Bahwa substansi Islam itu hanyalah tauhid, sedangkan yang lainnya adalah ekspresi dari pemahaman akan tauhid itu sendiri, yang bisa saja berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Dan di Indonesia, ekspresi ber-Islam komunitas-komunitas lokal kita sangat kaya dan berbeda antara satu komunitas dengan komunitas yang lainnya. Sehingga, kita kemudian mengenal istilah-istilah Islam yang disematkan dan bersanding dengan nama komunitas lokal tertentu; Islam Kajang, Islam Bugis, Islam Jawa, Islam Tengger, Islam Banjar, dan seterusnya.     
Adapun pertanyaan yang terkait dengan fundamentalisme dan radikalisme Islam. Sebagian besar menyatakan bahwa istilah fundamentalisme dan radikalisme Islam itu adalah konspirasi Barat dalam mendiskreditkan umat Islam. Bahwa Islam itu identik dengan kebodohan, tak bisa diskusi dan dialog, senang kekerasan, penyerangan tempat ibadah agama lain, bahkan radikalisme dan fundamentalisme itu juga sering diasosiasikan dengan bom bunuh diri yang menghancurkan orang lain. Padahal dalam pengertian dasarnya, radikalisme dan fundamentalisme itu adalah kembali ke akar atau dasar Islam. Sehingga, kalau diasosiasikan dalam pengertian yang positif, radikalisme dan fundamentalisme itu adalah kembali ke keotentikan (baca: purifikasi) Islam. Tetapi, karena sebagian besar media dikuasai oleh kelompok-kelompok liberal, sehingga “penampakan” wajah radikalisme dan fundamentalisme Islam selalu tampil garang dan tidak ramah. Dan hal ini menurut mahasiswa-mahasiswa UGM, disebabkan oleh konspirasi Barat dengan media yang dengan sengaja menyudutkan Islam, agar tidak bisa tampil dalam pentas peradaban dunia. Pemahaman seperti ini tentu saja diwakili oleh kelompok-kelompok Islam yang sering dilabeli eksklusif, yang dalam konteks di UGM diwakili oleh kelompok-kelompok ROHIS dan Jama’ah Shalahuddin (JS), dan juga KAMMI ataupun HTI.   
Pandangan yang seperti ini tentu saja berbeda dengan pemahaman Islam yang moderat dan liberal. Dalam pandangan kelompok Islam yang moderat seperti NU dan Muhammadiyah, atau PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di kelompok mahasiswa, dan atau Islam liberal seperti JIL (Jaringan Islam Liberal), radikalisme dan fundamentalisme itu adalah tanda kejumudan berpikir dan berpandangan bahwa pintu ijtihad itu sudah tertutup, dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bidang pengetahuan Islam, yang diperbolehkan berpikir dan menafsirkan ajaran-ajaran Islam.  Bagi kelompok moderat dan liberal ini, orang-orang atau kelompok fundamentalis dan radikal itu selalu menafsirkan sumber-sumber hukum Islam semisal Al-Qur’an dan Al-Hadits secara literal, sehingga seringkali kesulitan untuk mendapatkan hikmah dan pengajaran di balik yang tersurat dari teks tersebut. Dalam hal ini, tafsir literal atas sebuah teks akan sangat mudah terjebak pada glorifikasi masa lalu, dengan mengabaikan faktor sejarah sosialnya, dan akhirnya teks itu pun menjadi mati dan a-historis.
Apa yang terungkap di atas mengindikasikan, bahwa pemikiran  keagamaan mahasiswa terdapat varian, di satu sisi ada yang cenderung ke fundamentalis, radikal dan eksklusif, tetapi pada sisi lain ada yang moderat bahkan liberal. Ini adalah sebuah realitas yang masuk dalam ranah pertarungan akademik yang sekaligus menjadi benih dan potensi konflik yang sewaktu-waktu bisa bergesekan dan meledak sebagai konflik yang lebih besar. 
4. Kasus Irshad Manji; Membuka Perdebatan Ruang Dialog
Varian pemikiran keagamaan mahasiswa UGM di atas berimplikasi pada gerakan keagamaannya. Artinya, pemikiran keagamaan mahasiswa tersebut sekaligus bisa berpengaruh pada apa yang dilakukan atau gerakan yang terkait dengan persoalan keagamaan. Salah satu bukti adalah bagaimana mahasiswa menyikapi rencana diskusi (bedah buku)  Irsyad Manji yang diselenggarakan oleh Centre for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) UGM tanggal 09 Mei 2012, ada yang menolak dan dan yang menerima.
Kedatangan Irshad Manji ke Indonesia (Jakarta, Yogyakarta dan Solo) sebenarnya dimaksudkan untuk membedah buku terbarunya, Allah, Liberty & Love, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sejatinya, diskusi buku tersebut dibahas dalam forum di CRCS-UGM.
Sehari sebelum perhelatan diskusi buku Irsyad Manji di UGM tanggal           09 Mei 2012, telah dilangsungkan acara diskusi “penolakan.” Diskusi tersebut dihadiri sekitar 200 orang di pelataran Gedung FISIPOL UGM.  Kelompok yang menolak direpsentasikan oleh HTI, KAMMI dan Jama’ah Shalahuddin, karena mereka yang bertindak sebagai penyelenggara. Alasan penolakan adalah  menganggap Irsyad Manji kafir dan sesat. Bagi peneliti “pengadilan” klaim sesat atau bahkan kafir terhadap pemikiran Manji ini agak menggelikan, karena ketiga orang narasumber yang dihadirkan secara terbuka menyatakan bahwa mereka belum pernah melihat apalagi membaca buku-buku Manji. Ketika terjadi pelarangan diskusi Irshad Manji di UGM  menjadi satu bukti otentik bahwa di kalangan aktivis kampus sudah terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran fundamentalis dan radikalis.
            Buntut dari peristiwa penolakan diskusi Irshad Manji di UGM ini, berakibat para adanya tensi ketegangan semakin meningkat antara kelompok-kelompok Islam yang diidentifikasi radikal yang direpresentasikan oleh kelompok-kelompok Jama’ah Shalahuddin, Hizbut Tahrir Indonesia dan KAMMI di satu sisi, dengan kelompok-kelompok Islam moderat seperti PMII, HMI, Jaringan Gusdurian Muda UGM, dan juga kelompok mahasiswa CRCS.  Nilai positifnya adalah adanya  ruang berdiskusi dan debat yang terbuka antara kedua kelompok Islam di UGM ini yang lahir dari kesepakatan mereka sendiri;  dan ke depan diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang lebih baik, dan juga ada reorientasi baru dari pemikiran-pemikiran dan gerakan-gerakan keagamaan Islam ke arah yang lebih terbuka dan moderat.

4.      Analisis Hasil Uji Statistik
Kegiatan pembentukan pemikiran keagamaan mahasiswa
Hasil penelitian menunjukan, responden memberikan data mengenai keterlibatan mereka dalam organisasi-organisasi, baik itu di dalam maupun di luar kampus. Responden yang mengikuti organisasi intra kampus ada sejumlah 135 orang (67,2%), dan yang tidak ikut organisasi intra kampus sebanyak 66 orang (32,8%). Alasan mereka yang aktif di organisasi intra kampus agar tidak mengganggu kegiatan perkuliahan.  Jumlah responden yang mengikuti organisasi ekstra kampus sebanyak 132 orang (65,7%) sedangkan yang tidak mengikuti adalah sebanyak 69 orang (34,3%).  Mereka yang aktif di luar kampus adalah sebelumnya memang mengikuti organisasi, baik intra maupun ekstra ketika di sekolah lanjutan. Kegiatan serupa sudah dikenalkan sebelum masuk PT, siswa dibebaskan untuk mengikuti kegiatan intra maupun ekstra. Bagi siswa yang aktif berorganisasi ketika di Sekolah Lanjutan Atas (SMA) atau sederajat, maka kebiasaan itu akan terbawa hingga ke Perguruan Tinggi. Dari sini menunjukan, setiap orang yang aktif berorganisasi secara tidak langsung  membentuk pola pikirnya.  
Pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan Mahasiswa.
Dari table 31 Hasil perhitungan Anova tersebut, terlihat bahwa nilai ada nilai sig, yang kurang dari 0,05 tidak ada pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan mahasiswa UGM Yogyakarta, namun hasil tabel tersebut menunjukan nilai sig 0,000 sehingga pemikiran keagamaan tidak mempengaruhi gerakana keagamaan. Tabel 30 menunjukan skor konstan pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan mahasiswa UGM Yogyakarta, yakni Sig 0,000 < 0,05. Secara skor gerakan keagamaan tidak terpengaruhi oleh pemikiran keagamaan. Namun pada tabel 32 dari hasil Analisis Korelasi menunjukan Pengaruh variabel pemikiran keagamaan 59,2%. Sedangkan sisanya sebesar 40,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Jadi gerakan keagamaan mahasiswa bisa memicu gerakan radikal karena masih memegang pemikiran tekstual, dan  kurang membuka diri terdahap pemikiran dari luar.
Pengaruh pola komunikasi dan motivasi terhadap gerakan keagamaan
Tabel 21 Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Jaringan Komunikasi dan Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta dan tabel 22 Anova, di tolak  karena nilai signifikan, yakni Sig 0,000. Namun hasil perhitungan analisis korelasional besaran pengaruh variabel jaringan komunikasi dan motivasi terhadap pemikiran keagamaan adalah sebesar 44,7%. Sedangkan sisanya sebesar 55,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini. Di tarik benang merahnya bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi keagamaan sudah bersenyawa dengan kegiatannya, sehingga pemikiran keagamaan mahasiswa semakin radikal, dokrin yang diajarkan begitu kuat tidak tergoyahkan.
Pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan melalui  komunikasi, motivasi keagamaan

Tabel 33 Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Jaringan Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta, memberikan informasi bahwa skor konstan adalah signifikan, yakni Sig 0,000 dan, koefisien regresi variabel jaringan komunikasi diperoleh skor Sig 0,154 > 0,05, oleh karena itu variabel jaringan komunikasi tidak berpengaruh terhadap gerakan keagamaan. Sedangkan, koefisien regresi variabel pemikiran keagamaan dan motivasi masing-masing diperoleh skor Sig 0,000 < 0,05, sehingga keduanya memiliki pengaruh terhadap gerakan keagamaan.
Hasil analisis Anova pengaruh variabel jaringan komunikasi, motivasi, dan pemikiran keagamaan dan gerakan keagamaan, Sig 0,000 yang berarti lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi 5% atau Sig 0,000 < 0, 0,05. Artinya jaringan komunikasi, motivasi, dan pemikiran keagamaan tidak berpengaruh terhadap gerakan keagamaan. Ini berarti besaran pengaruh variabel jaringan komunikasi, motivasi, dan pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan adalah sebesar 63,3%. Sedangkan sisanya sebesar 36,7% dipengaruhi oleh variabel lain.
Bila mahasiswa berpikir tekstual, maka akan menumbuhkan bibit-bibit gerakan radikal yang kuat, namun sebaliknya, jika berfikir kontekstual maka  akan menciptakan pikiran yang moderat dan menghargai sesama. Masuknya gerakan radikalisme di perguruan tinggi umum diantaranya, pertama, ajaran yang diterima dalam organisasi di telan mentah-mentah, menerima ajaran agama tanpa kajian yang memadai. Kedua, mahasiswa yang pengetahuan keagamaan masih kurang atau jarang bersentuhan dengan agama, mahasiswa seperti ini akan dijadikan sasaran para aktivis radikalisme.


PENUTUP
Kesimpulan
Implementasi pembelajaran keagamaan di Universitas Gajah Mada  tampak bervariasi, yaitu: ada pemikiran yang radikal, moderat bahkan ada juga yang cenderung pluralis bahkan liberal. Varian itu rupanya terkait dengan sentuhan ketika mengikuti program aistensi yang dilanjutkan dengan pengajian rutinitas kampus,  ada juga yang diperoleh melalui aktivitas mengikuti organisasi ekstra universiter, dan aktivitas bersama kelompok salafi. Varian pemikiran itu juga sekaligus menunjukkan adanya pengaruh terhadap dinamika gerakan keagamaan. Realitas tersebut sekaligus menjadi benih terciptanya potensi konflik yang sebelumnya tidak terdeteksi bahkan tidak terprediksi oleh pihak penyelenggara universitas.
Rekomendasi
Berdasar pada kesimpulan di atas, perlu direkomendasikan, yaitu:
1.    Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang masih memerlukan pendalaman lebih lanjut, terutama pada beberapa aspek yang terkait dengan pemikiran dan gerakan keagamaan secara menyeluruh, sehingga secara keilmuan bisa dipertanggungjawabkan;
2.    Berangkat dari adanya temuan tentang pemikiran keagamaan yang secara signifikan berpengaruh terhadap gerakan keagamaannya adalah suatu realitas yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, karena di samping sebagai benih kerawanan terjadinya konflik horizontal juga bisa mengancam eksistensi universitas sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan rasionalitas. Realitas ini  menjadi renungan untuk merancang formulasi pembelajaran keagamaan yang lebih kondusif guna membangun suasana keilmuan dan keilmiahan yang lebih demokratis.   

UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, sepantasnyalah penulis menghaturkan terima kasih, secara khusus Bapak DR. Ahmad Rifa’i Msi, dalam kapasitasnya sebagai konsultan dalam penelitian ini.


  
DAFTAR PUSTAKA

[1]Lihat Nurhayati Djamas (Ed.), 2009. Pola Aktifitas Keagamaan Mahasiswa Islam Perguruan Tinggi Umum Negeri Pasca Reformasi, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat.
2Budiman (2000).
3Irwan Abdullah, 2007. Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4Lebih lengkapnya baca, M. Zaki Mubarok, 2007. Geneologi Islam Radikal di Indonesia, Jakarta: LP3ES.
5Leonard Binder, 1988. Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies (Chicago: The University of Chicago Press.
6Ibid.
7Wawancara dengan M. Adib Zain (Ketua Umum PMII Cabang Sleman), 7 Mei 2012.
8John W. Creswell, 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 15:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Jaringan Komunikasi terhadap pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta

Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
24.296
2.150

11.298
.000

KOMUNIKASI
1.128
.110
.588
10.256
.000

a. Dependent Variable: PEMIKIRAN




Tabel 16:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
12738.883
1
12738.883
105.195
.000a
Residual
24098.490
199
121.098


Total
36837.373
200



a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI



b. Dependent Variable: PEMIKIRAN




Tabel 17:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R  Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.588a
.346
.343
11.004
1.698
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI


b. Dependent Variable: PEMIKIRAN



Tabel 18:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta 

Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
19.297
2.786

6.927
.000
MOTIVASI
.499
.052
.562
9.576
.000
a. Dependent Variable: PEMIKIRAN




Tabel 19:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
11619.934
1
11619.934
91.697
.000a
Residual
25217.439
199
126.721


Total
36837.373
200



a. Predictors: (Constant), MOTIVASI



b. Dependent Variable: PEMIKIRAN




Tabel 20:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.562a
.315
.312
11.257
1.785
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI


b. Dependent Variable: PEMIKIRAN



Tabel 21:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Jaringan Komunikasi dan Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa

Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.

B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
13.470
2.630

5.121
.000

KOMUNIKASI
.801
.114
.418
7.048
.000

MOTIVASI
.327
.053
.369
6.219
.000

a. Dependent Variable: PEMIKIRAN




Tabel 22:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
16677.061
2
8338.530
81.895
.000a
Residual
20160.312
198
101.820


Total
36837.373
200



a. Predictors: (Constant), MOTIVASI, KOMUNIKASI


b. Dependent Variable: PEMIKIRAN




Tabel 23:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi dan Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta

Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.673a
.453
.447
10.091
1.821
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI, KOMUNIKASI

b. Dependent Variable: PEMIKIRAN



Tabel 24:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Jaringan Komunikasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
42.053
2.615

16.080
.000
KOMUNIKASI
1.192
.134
.534
8.911
.000
a. Dependent Variable: GERAKAN




Tabel 25:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta

ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
14220.772
1
14220.772
79.401
.000a
Residual
35641.029
199
179.101


Total
49861.801
200



a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI



b. Dependent Variable: GERAKAN




Tabel 26:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta

Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.534a
.285
.282
13.383
1.637
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI


b. Dependent Variable: GERAKAN




Tabel 27
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Motivasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
31.831
3.124

10.189
.000
MOTIVASI
.623
.058
.603
10.672
.000
a. Dependent Variable: GERAKAN




Tabel 28:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Motivasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
18149.836
1
18149.836
113.894
.000a
Residual
31711.965
199
159.357


Total
49861.801
200



a. Predictors: (Constant), MOTIVASI



b. Dependent Variable: GERAKAN




Tabel 29:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Motivasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.603a
.364
.361
12.624
1.774
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI


b. Dependent Variable: GERAKAN



Tabel 30:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
23.615
2.468

9.569
.000
PEMIKIRAN
.895
.053
.770
17.002
.000
a. Dependent Variable: GERAKAN







Tabel 31:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
29532.319
1
29532.319
289.084
.000a
Residual
20329.482
199
102.158


Total
49861.801
200



a. Predictors: (Constant), PEMIKIRAN



b. Dependent Variable: GERAKAN




Tabel 32:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Pemikiran Keagamaan
terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.770a
.592
.590
10.107
1.973
a. Predictors: (Constant), PEMIKIRAN


b. Dependent Variable: GERAKAN



TABEL 33
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Jaringan Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
Correlations
B
Std. Error
Beta
Zero-order
Partial
Part
1
(Constant)
17.283
2.652

6.516
.000



KOMUNIKASI
.172
.121
.077
1.430
.154
.534
.101
.061
MOTIVASI
.243
.055
.235
4.453
.000
.603
.302
.191
PEMIKIRAN
.689
.067
.592
10.231
.000
.770
.589
.438
a. Dependent Variable: GERAKAN







Tabel 34:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
31851.415
3
10617.138
116.132
.000a
Residual
18010.386
197
91.423


Total
49861.801
200



a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI, MOTIVASI, PEMIKIRAN

b. Dependent Variable: GERAKAN





Tabel 35:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.799a
.639
.633
9.562
1.909
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI, MOTIVASI, PEMIKIRAN
b. Dependent Variable: GERAKAN













.