THE RELIGIOUS THOUGHTS AND
MOVEMENTS STUDENTS
Tracking The Spreading of Islamic
Radicalism in Campus
PEMIKIRAN DAN GERAKAN KEAGAMAAN MAHASISWA*
Menelusuri Merebaknya Radikalisme Islam di Kampus
Arifuddin Ismail
Peneliti Balai Litbang Agama
Semarang
arif_litbang@yahoo.com
ABSTRACT
This research is aimed to know the activity
programs that are related by forming the
religious thought of students in UGM. The research used mixed methods;
incorporation of quantitative and qualitative methods. The result of this
research is to show that religious activity programs has already formed based
on formal rule; that poured into a lecture with 2 credits (SKS). In spite of
this, UGM gives reinforcement load through assistance program as a suplement to
the students. The implementation of this study seems obviously various kind of
thoughts, such as radical, moderate, some even tend to pluralist. These
differences evidently are related to how the students react when attending the
assistance program and ending with quran recitation as a routin activity on campus.
And there is also obtained throught the outside campus activity (following
extra-curricular organization). These variants also show there is a dinamics of
diversity, while creating a potential conflict of previously undetected by
university. This reality can be an
afterthought to design a formulation of religious learning, that is more
conducive to build scientific and scholarly atmosphere more democratic.
Keywords: thought, movement, religious,
plurality, moderate, and radicalism
ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud
mengetahui program kegiatan yang terkait
dengan pembentukan pemikiran keagamaan mahasiswa di UGM. Penelitian ini menggunakan mixed methods,
yaitu penggabungan metode kualitatif dengan kuantitatif. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa program kegiatan
keagamaan mahasiswa UGM sudah dirancang sesuai dengan aturan formal yaitu
menuangkan ke dalam perkuliahan dengan 2 SKS, di samping itu diberi muatan
penguatan melalui program asistensi sebagai suplemen. Implementasi pembelajaran
keagamaan itu tampak bervariasi, ada yang radikal, moderat bahkan cenderung
pluralis. Varian itu rupanya terkait dengan sentuhan ketika mengikuti program
aistensi yang dilanjutkan dengan pengajian rutinitas kampus, dan ada juga yang
diperoleh melalui aktivitas mengikuti organisasi ekstra universiter. Varian itu
menunjukkan adanya dinamika keberagamaan sekaligus menciptakan potensi konflik
yang sebelumnya tidak terdeteksi bahkan tidak terprediksi oleh pihak
penyelenggara universitas. Realitas ini
menjadi renungan untuk merancang formulasi pembelajaran keagamaan yang
lebih kondusif guna membangun suasana keilmuan dan keilmiahan yang lebih
demokratis.
Kata kunci:
pemikiran, gerakan, keagamaan, pluralitas, moderat dan radikal.
_________________________
*Tulisan ini adalah Pengembangan dari hasil Penelitian Pemikiran dan Gerakan
Keagamaan Mahasiswa di Universitas Gajah Mada. Disajikan pada seminar Hasil
Penelitian Balai Litbang Agama Semarang, tgl 25 Mei 2012
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Perkembangan
pemikiran keagamaan terus berjalan
dan merambah ke dunia kampus, terutama kalangan mahasiswa. Beberapa Perguruan Tinggi (Universitas dan Institut) di Indonesia, semakin marak dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang sangat dinamis dan berkembang. Kegiatan keagamaan tersebut ada yang dikondisikan oleh kampus, tetapi
masih lebih banyak yang dikondisikan dari luar kampus. Beberapa kelompok keagamaan
dari luar kampus yang merambah masuk ke kampus, menyebarkan sayapnya seperti
yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir (HT),
Jamaah Tabligh (JT), Tarbiyah, Salafiyah, Wahdah Islamiyah dan lain-lain.
Kelompok keagamaan ini melakukan pembinaan di kalangan mahasiswa, sebagaimana temuan
para peneliti Balitbang Departemen Agama.[1] Bahkan jauh sebelum
kelompok-kelompok keagamaan tersebut melebarkan sayapnya di kampus, organisasi
ekstra universiter seperti HMI, PMII dan IMM sudah duluan berkiprah di kampus
melakukan pembinaan dan pengembangan SDM mahasiswa.
Salah satu cara penyebaran pemikiran dan gerakan keagamaan yang
dilakukan kelompok salafi di kalangan mahasiswa di berbagai kampus adalah dengan
melakukan kegiatan keagamaan di masjid atau mushallah kampus dalam bentuk halaqah dan daurah. Mereka mengusung simbol-simbol
tertentu dalam komunitas tersebut yang nampak sebagai (seolah-olah) identitas
Islam, yaitu memelihara jenggot, bercelana cingkrang, berjilbab besar, bahkan
menggunakan penutup muka (cadar). Usungan Identitas tersebut dianggap sebagai kebangkitan Islam.[2] Mereka
menjadikan ekspresi kebudayaan dalam bentuk simbol keagamaan untuk menegaskan
identitas kelompoknya.[3] Aktifitas keagamaan yang diikuti
dengan memakai simbol-simbol tersebut dapat diamati di berbagai masjid atau mushallah
di beberapa kampus di berbagai daerah. Kebanyakan dari aktivis tersebut sering
memanfaatkan waktunya untuk membahas materi keagamaan. Namun dalam waktu
tertentu mereka juga membahas tentang materi lainnya yang terkait dengan
perkuliahan mereka.
Berangkat dari latar belakang tersebut kiranya penting untuk dilakukan
penelitian mengenai varian pemikiran keagamaan dan gerakan keagamaan mahasiswa
di Universitas
Gajah Mada sebagai Universitas negeri (PTU) yang tidak berafiliasi ke Kementerian Agama.
Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka diasumsikan
bahwa dengan adanya varian pemikiran keagamaan, sedikit banyaknya berpengaruh
terhadap gerakan keagamaan mahasiswa. Dari sini dirumuskan masalah penelitian, yaitu:
“Bagaimana pemikiran dan gerakan
keagamaan mahasiswa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ?”
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan
gambaran tentang peta pemikiran keagamaan mahasiswa dan signifikansi pengaruh
pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan mahasiswa Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil
penelitian ini akan menambah bahan kajian terhadap corak pemikiran dan gerakan
keagamaan mahasiswa di era pasca Reformasi. Sedangkan secara praktis hasil penelitian
ini memiliki nilai penting bagi pihak
Universitas Gajah Mada, demikian pula pemerintah, terutama Kementerian Agama RI., cq. Dirjen
Pendidikan Tinggi Islam, untuk dijadikan
sebagai bahan penyusunan kebijakan terkait dengan pembinaan kehidupan beragama
bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Kerangka Teoritik
Pemikiran Keagamaan
Istilah pemikiran mengacu pada
seperangkat gagasan atau ide-ide dasar yang diyakini kebenarannya. Pemikiran
selalu bersentuhan dengan dimensi di sekitarnya, latar belakang dan status
sosial yang berbeda, baik menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan
dan keagamaan yang dianutnya. Perbedaan latar belakang inilah yang memungkinkan
keaneka-ragaman pemikiran yang berbeda-beda.[4]
Dalam Islam, perbedaan
pemikiran disebabkan oleh sudut pandang dalam memahami ajaran atau
konsep-konsep agama, sehingga muncul pemikiran yang liberal dan corak
pemikiran yang literal. Hal ini sebagaimana pandangan Leonard Binder
yang membagi dua corak pemikiran Islam berdasarkan atas penafsiran atas doktrin
Islam, baik terhadap Al-Qur’an maupun Al-Hadits, yakni tradisionalis atau
konservatif di satu sisi dan liberal di sudut seberangnya.5 Menurut
Binder, Al-Qur’an tidak bisa dipahami secara verbal-tekstual atau leterlijk, tetapi ia membutuhkan
penerjemahan dan penafsiran sesuai dengan kondisi zamannya.6
Gerakan Keagamaan
Gerakan keagamaan (religious movement)
merupakan bagian dari gerakan sosial secara umum. Gerakan sosial (social
movement) lazim dikonsepsikan sebagai aktifitas kolektif yang dilakukan
oleh sekelompok (orang) tertentu untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan
cita-cita kelompok tersebut. Dalam hal ini, gerakan keagamaan (religious
movement) dimaksudkan sebagai gerakan sosial yang berkaitan dengan isu-isu
spiritual atau hal-hal yang ghaib (supranatural), yang menentang atau
mengusulkan alternatif terhadap beberapa aspek dari agama atau tatanan kultural
yang dominan. Terkait dengan hal ini, Lister R. Kurtz,7 menjelaskan tiga tipologi gerakan
keagamaan, yakni : 1. Endogenous religious movement, gerakan keagamaan
yang menyangkut perubahan sistem kepercayaan; 2. Exogenous religious
movement, gerakan keagamaan yang bersifat eksternal, biasanya merupakan
bentuk reaksi organisasi keagamaan terhadap lingkungan sekitarnya; 3. Generative
religious movement, gerakan keagamaan yang ditandai dengan kesengajaan
untuk melahirkan agama baru yang diperkenalkan sebagai bagian dari tradisi
agama atau tradisi lokal.
Kerangka
Berpikir
Pemikiran keagamaan dalam Islam bersifat
kontekstual atau liberal dan adakalanya bersifat tekstual atau
literal,
tergantung kepada sudut pandang pemahaman terhadap ajaran agama atau teks kitab
suci. Kedua tipe ini memberikan warna terhadap corak
pemikiran keagamaan,
demikian halnya yang ada di kampus. Pengaruh pemikiran
keagamaan terhadap gerakan keagamaan dimungkinkan ada pengaruh dari aspek lain,
seperti motivasi keagamaan yang dimiliki oleh seseorang atau adanya intensitas
komunikasi dari jaringan-jaringan keagamaan.
Aspek-aspek yang terkait dalam dimensi ruang dan waktu
yang kemudian diperkuat oleh dukungan kondisi internal dan eksternal mahasiswa
sangat menentukan perkembangan pikiran dan gerakan keagamaannya. Itulah
sebabnya sentuhan pembelajaran baik dari yang diprogramkan universitas maupun
yang terkondisikan secara informal dari kelompok-kelompok keagamaan dan
organisasi esktra universiter menjadi sesuatu yang menentukan.
Gambaran dari situ tertuang di dalam pernyataan-pernyataan, baik melalui
wawancara bebas, focus group discussion (FGD), observasi maupun dengan uji
statistik, khususnya dalam menghubungkan antar variabel yang diteliti. Khusus
untuk hubungan antar unsur-unsur/variabel memungkinkan
peneliti memastikan sejauh mana perbedaan di salah satu variabel ada
hubungannya dengan perbedaan dalam variabel yang lain. Besarnya hubungan antar
variabel itu ditetapkan melalui koefisien korelasi. Ada dua jenis variabel
dalam penelitian ini, yaitu: variabel dependen, yakni gerakan keagamaan, variabel independen,
yakni pemikiran
keagamaan, dan variabel mediasi, yakni jaringan komunikasi dan motivasi keagamaan mahasiswa. Secara paradigmatik, hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen digambarkan sebagai berikut:
Gambar
1. Pengaruh Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan melalui Jaringan
Komunikasi dan Motivasi Keagamaan.
Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Pemikiran keagamaan
berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan,
2. Jaringan komunikasi berpengaruh
secara signifikan terhadap gerakan keagamaan,
3.
Pemikiran keagamaan berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan melalui jaringan komunikasi keagamaan, dan
juga
4. Pemikiran keagamaan dan jaringan komunikasi secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap gerakan keagamaan.
METODE
PENELITIAN
Berdasarkan kalender kegiatan penelitian ini
dilangsungkan selama 6 bulan mulai
Januari sampai Juni 2012 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Waktu yang
tersedia itu dimanfaatkan sebagian untuk persiapan penelitian, mencari data sekunder melalui pembacaan
literatur, sebagian untuk pengumpulan data lapangan selama 37 hari yang dibagi
ke dalam 3 (tiga) tahap: pertama, studi awal selama 7 hari, kedua¸pengumpulan
data tahap 1 (pulahta satu) 20 hari, ketiga, pengumpulan data tahap 2
(pulahta dua) selama 10 hari. Namun hingga pertengahan Mei 2012 masih dilakukan
pengumpulan data via telepon, terutama perkembangan terakhir tentang kasus
penolakan Irsyad Manji.
Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan mixed method8
atau menggabungkan
pendekatan kualitatif dan
kuantitatif sekaligus. Pendekatan kualitatif
dilakukan dengan mengembangkan
wawancara mendalam, pengamatan langsung, dibantu
dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang mengacu pada
unsur-unsur atau variabel penelitian yang ada. Sedang pendekatan kuantitatif menggali
fakta-fakta dengan menggunakan angket yang berisi sejumlah pernyataan yang merefleksikan pengaruh pemikiran
keagamaan, jaringan komunikasi dan motivasi keagamaan mahasiswa terhadap
gerakan keagamaan. Penelitian ini
menempatkan pemikiran keagamaan sebagai variabel bebas, gerakan keagamaan
sebagai variabel tergantung, jaringan komunikasi dan motivasi mahasiswa sebagai
variabel mediator (intervening). Metode analisis yang digunakan sesuai
dengan tujuan penelitian dan
jenis data yang dikumpul, data kualitatif diolah dan dianalisis secara deskriptif;
sedang data yang sifatnya kuantitatif dilakukan sesuai prosedur statistik,
ditabulasi, kemudian dianalisis secara deskriptif persentase, penghitungan
mean dan uji korelasional.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Program Keagamaan di UGM
Universitas Gajah
Mada telah mencanangkan program pendidikan dan pembelajaran agama, sebagaimana
perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Secara formal
pendidikan dan pengajaran agama di Universitas Gajah
Mada dimasukkan ke dalam program
tersendiri. Program
pembelajaran Matapelajaran Agama dibagi 2, yaitu: 1) agama 1 (satu), di
diajarkan materi standar, sebagaimana yang diterbitkan Kementerian Agama (Islam
Disiplin Ilmu); 2) materi Islam Kontekstual, awalnya dikordinir langsung oleh
universitas, tetapi kemudian sekarang diberikan ke fakultas masing-masing untuk
menyesuaikan dengan disiplin ilmu di fakultas. Jadi materinya dirumuskan di
fakultas dengan melakukan penyesuaian- penyesuaian dengan mata kuliah inti di fakultas.
Misalnya kalau terkait dengan persoalan pertanian tentu dicarikan penyesuaian
dengan persoalan pertanian yang ada di dalam Islam.
Mata Pelajaran Agama secara formal hanya 2
SKS, tetapi pihak Universitas punya kepedulian terhadap mahasiswa. Oleh karena
itu dibuatkan program Asistensi Agama Islam (AAI) sebagai program Suplemen
untuk membantu mengenalkan Islam kepada mahasiswa walaupun baru dasar-dasarnya,
termasuk pembimbingan membaca al-Quran. Apalagi latar belakang pendidikan yang
masuk di UGM kebanyakan bukan dari sekolah agama atau pesantren, tetapi dari
sekolah umum.
Selain program
pembelajaran keagamaan yang secara formal diberlakukan di UGM, ada beberapa
kegiatan lain yang bersifat ekstra, seperti kegiatan “ngaji” dan “zikir”
bersama, diperuntukkan bagi seluruh civitas akademika di lingkungan universitas
dibawah kordinasi “Majelis Dzikir dan Do’a.” Program tersebut
dimaksudkan menjadi penyejuk hati, dan mendinginkan pikiran bagi para civitas
akademika. Program ini dianggap sangat
membantu, dari sisi manfaat dan syiarnya.
Program yang dikondisikan dari universitas baik yang
secara formal atau secara resmi masuk dalam pembiayaan universitas maupun yang
tidak (biaya sendiri atau inisiatif pengurus), tampak semuanya bisa berjalan.
Hanya pihak universitas tidak bisa mengetahui persis pelaksanaan
kegiatan-kegiatan keagamaan itu, baik yang dilakukan secara rutin yang masuk
dalam program asistensi (AAI) melalui pengajian-pengajian kecil apalagi muatan
atau materi dari kegiatan tersebut.
2.
Sentuhan Keagamaan Secara Informal: Kiprah Yayasan Shalahuddin, Organisasi
Kemahasiswaan Ekstra Universiter dan Kekompok Salafi dalam .
Kehadiran Yayasan Shalahuddin di UGM merupakan
anugerah tersendiri, karena mampu menggairahkan dinamika keberagamaan di kampus
melalui kegiatan-kegiatannya, khususnya dalam pemajuan kesadaran keber-Islam-an.
Yayasan Shalahuddin otonom dalam melaksanakan program-programnya, tetapi juga
ada rambu-rambu khusus yang sudah digariskan oleh Universitas agar bisa
sinergis dengan program-program UGM sendiri. Program kegiatan kegiatan sudah
dirancang perdua bulan, baik yang sifatnya ibadah maupun yang
terkait dengan program-program pembinaan umat lainnya. Khusus untuk pengajian yang bertujuan
pengayaan dan pendalaman
materi keilmuan, ditangani secara khusus. Misalnya untuk pengajian Tafsir
Al-Qur’an, dan Hadits Yayasan
Shalahuddin selalu mengundang ustadz alumni dari Madinah berinisial MR. Tetapi tema-tema yang terkait dengan isu kontemporer
dan tematik, ustadz nya sering berganti-ganti. Walaupun telah berjalan sebagaimana rencana, namun sampai
saat ini pengelola Yayasan Shalahuddin merasa belum begitu optimal, tetapi
selalu mengupayakan untuk melakukan yang terbaik dalam memajukan
program-program keagamaan di UGM.
Selain itu itu,
juga ada kajian
yang diorganisir oleh kelompok-kelompok salafi seperti HTI, Salafi, Wahdah, KAMMI, Tarbiyah dan
sebagainya. Kelompok-kelompok ini juga melakukan pengajian di masjid kampus,
tetapi terkesan diam-diam dengan tidak memberitahukan ke pengurus yayasan Shalahuddin.
Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dimaksudkan sebagai media pendalaman
ajaran Islam. Kelompok-kelompok kajian ini tidak memiliki jadwal tetap, namun secara temporer meraka lakukan
berdasarkan waktu luang dan kesepakatan masing-masing peserta diskusi.
Organisasi
kemahasiswaan Ekstra Universiter, seperti HMI, PMII, IMM dan semacamnya juga
sering melakukan kegiatan pengajian dan diskusi di luar jama’ah Shalahuddin. Tempatnya
berpindah-pindah dari fakultas ke fakultas.
Misalnya diskusi yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia) di lingkungan UGM, tepatnya di masjid Ibnu Sina
Fakultas Kedokteran, pada hari Minggu, 6 Mei 2012 yang lalu, adalah Khotmil
Qur’an dan kajian kitab Bidayatul Hidayah, yang dibawakan oleh ustadz Mustafid
(pimpinan pesantren Mlangi, Yogyakarta). Kegiatan ini dimulai sejak pukul
09.00-12.00 WIB. Peserta yang hadir, selain mahasiswa-mahasiswa yang tergabung
dalam PMII, juga ada mahasiswa-mahasiswa lain yang tertarik dengan kajian ini.
Bahkan, karena PMII adalah organisasi yang lintas kampus, kajian ini juga
dihadiri oleh beberapa orang mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Perkembangan kegiatan ini adalah sesuatu yang
positif karena secara intens mahasiswa belajar dan berdiskusi tentang agama
Islam. Tidak seperti program
AAI yang biasanya
hanya dilakukan di semester satu dan dua, dan tidak berkelanjutan. Padahal
kalau kita melihat mamfaatnya mestinya pembelajaran agama Islam ini bisa lebih
intensif lagi dan berkelanjutan, agar pemahaman Islam mahasiswa bisa lebih baik
dan lebih mantap lagi.
3.
Cuplikan Pemikiran Keagamaan Mahasiswa
Dalam beberapa hal terkait
dengan ke-Islaman, mahasiswa memiliki pemikiran tersendiri, misalnya:
kepemimpinan yang bukan khilafah, seperti negara kita saat ini yang menganut sistem
negara barat yang kafir ini pasti tidak akan pernah diridhai oleh Allah SWT. Makanya
negara kita sampai saat ini tidak maju-maju, baik peradaban maupun
kesejahteraannya.
Ketika membincang tentang
tema Islam saat ini/kekinian di Indonesia, sebagian besar mahasiswa memberikan
jawaban, bahwa Islam sebagai agama yang paling banyak dianut oleh manusia
Indonesia saat ini, hanya dimaknai sebagai agama ritual dan keturunan.
Orang
Indonesia ber-Islam itu karena mereka lahir dari
orang tua dan masyarakat yang beragama Islam. Tetapi pada dasarnya mereka tidak
memahami bagaimana hakikat ber-Islam yang sesungguhnya (baca: Islam Kaaffah).
Islam juga hanya dimaknai sebagai sekumpulan kewajiban dalam bentuk
ritual yang harus ditunaikan, tanpa mengerti lebih jauh kenapa kita harus
melakukan ritual-ritual seperti shalat, puasa, zakat maupun haji tersebut.
Dasar-dasar Islam yang kaaffah belum dilaksanakan oleh umat Islam di Indonesia.
Ini tentu saja menjadi tugas bagi semua komponen aktivis dakwah kampus untuk
menyadarkan umat Islam, agar tidak terjebak pada pemahaman-pemahaman Islam yang
dangkal seperti ini.
Mereka juga berpendapat, bahwa Islam yang
dipraktekkan di Indonesia masih sangat kental unsur budaya dan tradisinya atau
mereka sebut sebagai akulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini harus
diwaspadai, karena bisa menjerumuskan umat Islam kepada kemusyrikan, yang bisa
diganjar sebagai dosa besar oleh Allah SWT. Islam harus ditafsir dan
dipraktekkan sesuai dengan apa yang terjadi di Makkah dan Madinah dahulu di
zaman Rasulullah SAW, agar pemahaman Islam kita tidak melenceng dari apa yang
digariskan oleh-Nya.
Namun, bagi kelompok mahasiswa Islam yang lain
seperti PMII dan Gusdurian, berpandangan bahwa malah menjadi tugas kita untuk
menafsirkan Islam agar sesuai dengan tradisi dan kebudayaan kita di Indonesia.
Karena kita memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan di mana Islam
itu lahir. Sehingga, bagi kelompok mahasiswa yang tergabung di PMII dan
Gusdurian ini misalnya, mereka sering mengkampanyekan jargon-jargon Islam
Indonesia atau Islam Nusantara, yang dibedakan dan dikontraskan dengan Islam
Arab atau Islam Wahabi. Dalam hal ini mereka sering mengutip gagasan Gus Dur
tentang Pribumisasi Islam. Bahwa substansi Islam itu hanyalah tauhid, sedangkan
yang lainnya adalah ekspresi dari pemahaman akan tauhid itu sendiri, yang bisa
saja berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Dan di
Indonesia, ekspresi ber-Islam komunitas-komunitas lokal kita sangat kaya dan
berbeda antara satu komunitas dengan komunitas yang lainnya. Sehingga, kita
kemudian mengenal istilah-istilah Islam yang disematkan dan bersanding dengan
nama komunitas lokal tertentu; Islam Kajang, Islam Bugis, Islam Jawa, Islam
Tengger, Islam Banjar, dan seterusnya.
Adapun pertanyaan yang terkait dengan
fundamentalisme dan radikalisme Islam. Sebagian besar menyatakan bahwa istilah
fundamentalisme dan radikalisme Islam itu adalah konspirasi Barat dalam
mendiskreditkan umat Islam. Bahwa Islam itu identik dengan kebodohan, tak bisa
diskusi dan dialog, senang kekerasan, penyerangan tempat ibadah agama lain,
bahkan radikalisme dan fundamentalisme itu juga sering diasosiasikan dengan bom
bunuh diri yang menghancurkan orang lain. Padahal
dalam pengertian dasarnya, radikalisme dan fundamentalisme itu adalah kembali
ke akar atau dasar Islam. Sehingga, kalau diasosiasikan dalam pengertian yang
positif, radikalisme dan fundamentalisme itu adalah kembali ke keotentikan
(baca: purifikasi) Islam. Tetapi, karena sebagian besar media dikuasai oleh
kelompok-kelompok liberal, sehingga “penampakan” wajah radikalisme dan
fundamentalisme Islam selalu tampil garang dan tidak ramah. Dan hal ini menurut
mahasiswa-mahasiswa UGM, disebabkan oleh konspirasi Barat dengan media yang
dengan sengaja menyudutkan Islam, agar tidak bisa tampil dalam pentas peradaban
dunia. Pemahaman seperti ini tentu saja diwakili oleh kelompok-kelompok Islam
yang sering dilabeli eksklusif, yang dalam konteks di UGM diwakili oleh
kelompok-kelompok ROHIS dan Jama’ah Shalahuddin (JS), dan juga KAMMI ataupun
HTI.
Pandangan yang seperti
ini tentu saja berbeda dengan pemahaman Islam yang moderat dan liberal. Dalam
pandangan kelompok Islam yang moderat seperti NU dan Muhammadiyah, atau PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan IMM
(Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di kelompok mahasiswa, dan atau Islam liberal
seperti JIL (Jaringan Islam Liberal), radikalisme dan fundamentalisme itu
adalah tanda kejumudan berpikir dan berpandangan bahwa pintu ijtihad itu sudah
tertutup, dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan yang mumpuni
dalam bidang pengetahuan Islam, yang diperbolehkan berpikir dan menafsirkan
ajaran-ajaran Islam. Bagi kelompok moderat
dan liberal ini, orang-orang atau kelompok fundamentalis dan radikal itu selalu
menafsirkan sumber-sumber hukum Islam semisal Al-Qur’an dan Al-Hadits secara
literal, sehingga seringkali kesulitan untuk mendapatkan hikmah dan pengajaran
di balik yang tersurat dari teks tersebut. Dalam hal ini, tafsir literal atas sebuah teks
akan sangat mudah terjebak pada glorifikasi masa lalu, dengan mengabaikan
faktor sejarah sosialnya, dan akhirnya teks itu pun menjadi mati dan
a-historis.
Apa yang terungkap di atas mengindikasikan, bahwa pemikiran keagamaan mahasiswa terdapat varian, di satu
sisi ada yang cenderung ke fundamentalis, radikal dan eksklusif, tetapi pada
sisi lain ada yang moderat bahkan liberal. Ini adalah sebuah realitas yang
masuk dalam ranah pertarungan akademik yang sekaligus menjadi benih dan potensi
konflik yang sewaktu-waktu bisa bergesekan dan meledak sebagai konflik yang
lebih besar.
4. Kasus Irshad Manji; Membuka Perdebatan Ruang Dialog
Varian pemikiran
keagamaan mahasiswa UGM di atas berimplikasi pada gerakan keagamaannya.
Artinya, pemikiran keagamaan mahasiswa tersebut sekaligus bisa berpengaruh pada
apa yang dilakukan atau gerakan yang terkait dengan persoalan keagamaan. Salah
satu bukti adalah bagaimana mahasiswa menyikapi rencana diskusi (bedah buku) Irsyad Manji yang diselenggarakan oleh Centre
for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) UGM
tanggal 09 Mei 2012, ada yang menolak dan dan yang
menerima.
Kedatangan Irshad Manji ke Indonesia (Jakarta, Yogyakarta
dan Solo) sebenarnya dimaksudkan untuk membedah buku terbarunya, Allah,
Liberty & Love, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Sejatinya, diskusi buku tersebut dibahas dalam forum di CRCS-UGM.
Sehari sebelum perhelatan diskusi buku Irsyad Manji di
UGM tanggal 09 Mei 2012, telah
dilangsungkan acara diskusi “penolakan.” Diskusi tersebut dihadiri sekitar 200
orang di pelataran Gedung FISIPOL UGM. Kelompok
yang menolak direpsentasikan oleh HTI, KAMMI dan Jama’ah Shalahuddin, karena
mereka yang bertindak sebagai penyelenggara. Alasan penolakan adalah menganggap Irsyad Manji kafir dan sesat. Bagi
peneliti “pengadilan” klaim sesat atau bahkan kafir terhadap pemikiran Manji
ini agak menggelikan, karena ketiga orang narasumber yang dihadirkan secara
terbuka menyatakan bahwa mereka belum pernah melihat apalagi membaca buku-buku
Manji. Ketika terjadi pelarangan diskusi Irshad Manji di UGM menjadi satu bukti otentik bahwa di kalangan
aktivis kampus sudah terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran fundamentalis
dan radikalis.
Buntut
dari peristiwa penolakan diskusi Irshad Manji di UGM ini, berakibat para adanya
tensi ketegangan semakin meningkat antara kelompok-kelompok Islam yang
diidentifikasi radikal yang direpresentasikan oleh kelompok-kelompok Jama’ah
Shalahuddin, Hizbut Tahrir Indonesia dan KAMMI di satu sisi, dengan
kelompok-kelompok Islam moderat seperti PMII, HMI, Jaringan Gusdurian Muda UGM,
dan juga kelompok mahasiswa CRCS. Nilai
positifnya adalah adanya ruang berdiskusi
dan debat yang terbuka antara kedua kelompok Islam di UGM ini yang lahir dari
kesepakatan mereka sendiri; dan ke depan
diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang lebih baik, dan juga
ada reorientasi baru dari pemikiran-pemikiran dan gerakan-gerakan keagamaan
Islam ke arah yang lebih terbuka dan moderat.
4. Analisis
Hasil Uji Statistik
Kegiatan pembentukan pemikiran
keagamaan mahasiswa
Hasil penelitian menunjukan, responden memberikan data mengenai keterlibatan
mereka dalam organisasi-organisasi, baik itu di dalam maupun di luar kampus.
Responden yang mengikuti organisasi intra kampus ada sejumlah 135 orang (67,2%),
dan yang tidak ikut organisasi intra kampus sebanyak 66 orang (32,8%). Alasan
mereka yang aktif di organisasi intra kampus agar tidak mengganggu kegiatan
perkuliahan. Jumlah responden yang mengikuti
organisasi ekstra kampus sebanyak 132 orang (65,7%) sedangkan yang tidak
mengikuti adalah sebanyak 69 orang (34,3%).
Mereka yang aktif di luar kampus adalah sebelumnya memang mengikuti
organisasi, baik intra maupun ekstra ketika di sekolah lanjutan. Kegiatan serupa sudah dikenalkan sebelum masuk PT, siswa
dibebaskan untuk mengikuti kegiatan intra maupun ekstra. Bagi siswa yang aktif
berorganisasi ketika di Sekolah Lanjutan Atas (SMA) atau sederajat, maka
kebiasaan itu akan terbawa hingga ke Perguruan Tinggi. Dari sini menunjukan, setiap
orang yang aktif berorganisasi secara tidak langsung membentuk pola pikirnya.
Pengaruh pemikiran keagamaan terhadap
gerakan keagamaan Mahasiswa.
Dari table 31 Hasil perhitungan Anova tersebut, terlihat
bahwa nilai ada nilai sig, yang kurang dari 0,05 tidak ada pengaruh pemikiran
keagamaan terhadap gerakan keagamaan mahasiswa UGM Yogyakarta, namun hasil
tabel tersebut menunjukan nilai sig 0,000 sehingga pemikiran keagamaan tidak
mempengaruhi gerakana keagamaan. Tabel 30 menunjukan skor konstan pengaruh
pemikiran keagamaan terhadap gerakan keagamaan mahasiswa UGM Yogyakarta, yakni
Sig 0,000 < 0,05. Secara skor gerakan keagamaan tidak terpengaruhi oleh
pemikiran keagamaan. Namun pada tabel 32 dari hasil Analisis Korelasi
menunjukan Pengaruh variabel pemikiran keagamaan 59,2%. Sedangkan sisanya
sebesar 40,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Jadi gerakan keagamaan mahasiswa
bisa memicu gerakan radikal karena masih memegang pemikiran tekstual, dan kurang membuka diri terdahap pemikiran dari
luar.
Pengaruh pola komunikasi
dan motivasi terhadap gerakan keagamaan
Tabel 21 Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel
Jaringan Komunikasi dan Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM
Yogyakarta dan tabel 22 Anova, di tolak
karena nilai signifikan, yakni Sig 0,000. Namun
hasil perhitungan analisis korelasional besaran pengaruh variabel jaringan
komunikasi dan motivasi terhadap pemikiran keagamaan adalah sebesar 44,7%.
Sedangkan sisanya sebesar 55,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
tercakup dalam penelitian ini. Di tarik benang merahnya bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi
keagamaan sudah bersenyawa dengan kegiatannya, sehingga pemikiran keagamaan
mahasiswa semakin radikal, dokrin yang diajarkan begitu kuat tidak tergoyahkan.
Pengaruh pemikiran keagamaan terhadap gerakan
keagamaan melalui komunikasi, motivasi
keagamaan
Tabel 33 Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Jaringan
Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan
Mahasiswa UGM Yogyakarta, memberikan informasi bahwa skor konstan adalah
signifikan, yakni Sig 0,000 dan, koefisien regresi variabel jaringan komunikasi
diperoleh skor Sig 0,154 > 0,05, oleh karena itu variabel jaringan
komunikasi tidak berpengaruh terhadap gerakan keagamaan. Sedangkan,
koefisien regresi variabel pemikiran keagamaan dan motivasi masing-masing
diperoleh skor Sig 0,000 < 0,05, sehingga keduanya memiliki pengaruh
terhadap gerakan keagamaan.
Hasil analisis
Anova pengaruh variabel jaringan komunikasi, motivasi, dan pemikiran keagamaan dan gerakan keagamaan, Sig 0,000 yang
berarti lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi 5% atau Sig 0,000 < 0,
0,05. Artinya jaringan komunikasi, motivasi, dan pemikiran keagamaan tidak
berpengaruh terhadap gerakan keagamaan. Ini berarti besaran pengaruh variabel
jaringan komunikasi, motivasi, dan pemikiran keagamaan terhadap gerakan
keagamaan adalah sebesar 63,3%. Sedangkan sisanya sebesar 36,7% dipengaruhi
oleh variabel lain.
Bila mahasiswa berpikir tekstual, maka akan menumbuhkan bibit-bibit
gerakan radikal yang kuat, namun sebaliknya, jika berfikir kontekstual maka akan menciptakan pikiran yang moderat dan
menghargai sesama. Masuknya gerakan radikalisme di
perguruan tinggi umum diantaranya, pertama, ajaran yang diterima dalam organisasi di telan
mentah-mentah, menerima ajaran agama tanpa kajian yang memadai. Kedua,
mahasiswa yang pengetahuan keagamaan masih kurang atau jarang bersentuhan
dengan agama, mahasiswa seperti ini akan dijadikan
sasaran para aktivis radikalisme.
PENUTUP
Kesimpulan
Implementasi pembelajaran keagamaan di Universitas
Gajah Mada tampak bervariasi, yaitu:
ada pemikiran yang radikal, moderat bahkan ada
juga yang cenderung pluralis bahkan
liberal. Varian itu rupanya terkait dengan sentuhan ketika
mengikuti program aistensi yang dilanjutkan dengan pengajian rutinitas
kampus, ada juga yang diperoleh melalui
aktivitas mengikuti organisasi ekstra universiter, dan aktivitas bersama
kelompok salafi. Varian pemikiran itu juga sekaligus menunjukkan adanya
pengaruh terhadap dinamika gerakan keagamaan. Realitas
tersebut sekaligus menjadi
benih terciptanya potensi konflik yang sebelumnya tidak terdeteksi bahkan tidak terprediksi
oleh pihak penyelenggara universitas.
Rekomendasi
Berdasar pada kesimpulan di atas, perlu
direkomendasikan, yaitu:
1.
Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang masih
memerlukan pendalaman lebih lanjut, terutama pada beberapa aspek yang terkait
dengan pemikiran dan gerakan keagamaan secara menyeluruh, sehingga secara
keilmuan bisa dipertanggungjawabkan;
2.
Berangkat dari
adanya temuan tentang pemikiran keagamaan yang secara signifikan berpengaruh
terhadap gerakan keagamaannya
adalah suatu realitas yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, karena di
samping sebagai benih kerawanan terjadinya konflik horizontal juga bisa
mengancam eksistensi universitas sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan
rasionalitas. Realitas ini menjadi renungan untuk merancang formulasi
pembelajaran keagamaan yang lebih kondusif guna membangun suasana keilmuan dan
keilmiahan yang lebih demokratis.
UCAPAN TERIMA
KASIH
Penelitian ini
terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, sepantasnyalah penulis menghaturkan
terima kasih, secara khusus Bapak DR. Ahmad Rifa’i Msi, dalam kapasitasnya
sebagai konsultan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Lihat Nurhayati Djamas (Ed.), 2009. Pola Aktifitas
Keagamaan Mahasiswa Islam Perguruan Tinggi Umum Negeri Pasca Reformasi, Jakarta:
Badan Litbang Agama dan Diklat.
2Budiman (2000).
3Irwan Abdullah, 2007. Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4Lebih lengkapnya baca, M. Zaki Mubarok, 2007. Geneologi Islam Radikal di Indonesia, Jakarta: LP3ES.
5Leonard Binder, 1988. Islamic Liberalism: A Critique of Development
Ideologies (Chicago: The
University of Chicago Press.
6Ibid.
7Wawancara dengan M. Adib Zain (Ketua Umum PMII Cabang
Sleman), 7 Mei 2012.
8John W. Creswell, 2010. Research
Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 15:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel
Jaringan Komunikasi terhadap pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
24.296
|
2.150
|
|
11.298
|
.000
|
|
KOMUNIKASI
|
1.128
|
.110
|
.588
|
10.256
|
.000
|
||
a. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
|
||||
Tabel 16:
Hasil
Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Pemikiran
Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
12738.883
|
1
|
12738.883
|
105.195
|
.000a
|
Residual
|
24098.490
|
199
|
121.098
|
|
|
|
Total
|
36837.373
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI
|
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
|
Tabel 17:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi terhadap
Pemikiran Keagamaan Mahasiswa
UGM Yogyakarta
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.588a
|
.346
|
.343
|
11.004
|
1.698
|
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
Tabel 18:
Hasil
Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan
Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
19.297
|
2.786
|
|
6.927
|
.000
|
MOTIVASI
|
.499
|
.052
|
.562
|
9.576
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
|
Tabel 19:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Motivasi terhadap Pemikiran
Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
11619.934
|
1
|
11619.934
|
91.697
|
.000a
|
Residual
|
25217.439
|
199
|
126.721
|
|
|
|
Total
|
36837.373
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI
|
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
|
Tabel 20:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Motivasi terhadap Pemikiran
Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.562a
|
.315
|
.312
|
11.257
|
1.785
|
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
Tabel 21:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel
Jaringan Komunikasi dan Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM
Yogyakarta
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
13.470
|
2.630
|
|
5.121
|
.000
|
|
KOMUNIKASI
|
.801
|
.114
|
.418
|
7.048
|
.000
|
||
MOTIVASI
|
.327
|
.053
|
.369
|
6.219
|
.000
|
||
a. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
|
||||
Tabel 22:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi dan
Motivasi terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
16677.061
|
2
|
8338.530
|
81.895
|
.000a
|
Residual
|
20160.312
|
198
|
101.820
|
|
|
|
Total
|
36837.373
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI, KOMUNIKASI
|
|
|
||||
b. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
|
Tabel 23:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi dan Motivasi
terhadap Pemikiran Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.673a
|
.453
|
.447
|
10.091
|
1.821
|
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI, KOMUNIKASI
|
|
||||
b. Dependent Variable: PEMIKIRAN
|
|
|
Tabel 24:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel
Jaringan Komunikasi terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
42.053
|
2.615
|
|
16.080
|
.000
|
KOMUNIKASI
|
1.192
|
.134
|
.534
|
8.911
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 25:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi
terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
14220.772
|
1
|
14220.772
|
79.401
|
.000a
|
Residual
|
35641.029
|
199
|
179.101
|
|
|
|
Total
|
49861.801
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI
|
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 26:
Hasil
Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi terhadap Gerakan Keagamaan
Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.534a
|
.285
|
.282
|
13.383
|
1.637
|
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
Tabel 27
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel Motivasi terhadap
Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
31.831
|
3.124
|
|
10.189
|
.000
|
MOTIVASI
|
.623
|
.058
|
.603
|
10.672
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 28:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Motivasi terhadap Gerakan
Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
18149.836
|
1
|
18149.836
|
113.894
|
.000a
|
Residual
|
31711.965
|
199
|
159.357
|
|
|
|
Total
|
49861.801
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI
|
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 29:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Motivasi terhadap Gerakan
Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.603a
|
.364
|
.361
|
12.624
|
1.774
|
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
Tabel 30:
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Variabel
Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
23.615
|
2.468
|
|
9.569
|
.000
|
PEMIKIRAN
|
.895
|
.053
|
.770
|
17.002
|
.000
|
|
a. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 31:
Hasil Analisis Regresi tentang Pengaruh Pemikiran Keagamaan
terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
29532.319
|
1
|
29532.319
|
289.084
|
.000a
|
Residual
|
20329.482
|
199
|
102.158
|
|
|
|
Total
|
49861.801
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), PEMIKIRAN
|
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 32:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Pemikiran Keagamaan
terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.770a
|
.592
|
.590
|
10.107
|
1.973
|
a. Predictors: (Constant), PEMIKIRAN
|
|
|
|||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
TABEL 33
Hasil Uji Koefisien Regresi Pengaruh Jaringan
Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan
Mahasiswa UGM Yogyakarta
Coefficientsa
|
|||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
Correlations
|
||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Zero-order
|
Partial
|
Part
|
||||
1
|
(Constant)
|
17.283
|
2.652
|
|
6.516
|
.000
|
|
|
|
KOMUNIKASI
|
.172
|
.121
|
.077
|
1.430
|
.154
|
.534
|
.101
|
.061
|
|
MOTIVASI
|
.243
|
.055
|
.235
|
4.453
|
.000
|
.603
|
.302
|
.191
|
|
PEMIKIRAN
|
.689
|
.067
|
.592
|
10.231
|
.000
|
.770
|
.589
|
.438
|
|
a. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 34:
Hasil Analisis
Regresi tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi, Motivasi, dan Pemikiran Keagamaan
terhadap Gerakan Keagamaan Mahasiswa UGM Yogyakarta
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
31851.415
|
3
|
10617.138
|
116.132
|
.000a
|
Residual
|
18010.386
|
197
|
91.423
|
|
|
|
Total
|
49861.801
|
200
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI, MOTIVASI, PEMIKIRAN
|
|
|||||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
|
Tabel 35:
Hasil Analisis Korelasi Variabel Jaringan Komunikasi, Motivasi, dan
Pemikiran Keagamaan terhadap Gerakan Keagamaan
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.799a
|
.639
|
.633
|
9.562
|
1.909
|
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI, MOTIVASI, PEMIKIRAN
|
|||||
b. Dependent Variable: GERAKAN
|
|
|
.